7 Bekal Menyambut Ramadhan

Bagikan :

Berbagai cara dilakukan orang untuk menyambut bulan suci Ramadhan sebagai manivestasi kabahagian dan kegembiraan. Namun tidak semua cara-cara yang mereka lakukan benar menurut Syari’at. Karena sebagian mereka hanya melihat Ramadhan sebagai bulan yang meriah, ramai, waktu untuk berkumpul dengan handai tolan, dan lain-lain. Bukan sebagai momen untuk ibadah dan memperbanyak amalan.

Maka tidak jarang kita dapati diantara manusia ada yang sekedar bagaimana ia mempersiapkan uang atau ekonomi supaya bisa makan sahur dan buka dengan enak. Bisa pakai baju baru, al Qur’an baru, rumah baru dengan cat dan warna yang baru, kulkas baru, dan sofa baru. Memang sih itu tidak seluruhnya salah. Tapi hakikat puasa Ramadhan bukan untuk itu. Puasa Ramadhan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan dan bukan meningkatkan taraf ekonomi. Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” [QS. Al Baqarah: 183]

Ayat ini dengan gamblang menerangkan akan wajibnya puasa Ramadhan untuk tujuan meningkatkan ketakwaaan. Oleh karenannya apakah yang seharusnya kita persiapkan ?

Semoga beberapa poin berikut bisa membuka wawasan kita tentang hal-hal yang layak kita persiapkan menyambut Ramadhan Mubarak.

Pertama: Berdo’a agar Allah mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat wal afiat.

Ini kita lakukan agar kita memiliki semangat untuk puasa, shalat tarawih, membaca al qur’an, bersedekah, dan ibadah lainnya. Do’a adalah benteng seorang mukmin. Allah subhanahu wata’ala berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Rabb-mu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina” [QS. Ghafir: 60]

Berdo’a kita lakukan, karena kita adalah makhluk yang lemah sehingga sangat butuh kepada petolongan Allah. Tidak ada do’a khusus berkaitan dengan masuknya bulan Ramadhan. Adapun do’a yang kadang di panjatkan oleh sebagian kaum muslimin yang berbunyi:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan” adalah hadits yang lemah.[1]

Imam Nawawi asy Syafi’i menyatakan dalam Al Adzkar dengan tahqiq dari Abdul Qadir al Arnauth (hal. 189): “Kami meriwayatkan hadits ini di kitab Hilyatul Auliya dengan sanad yang terdapat kelemahan dari Ziyad an Numairi dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu”.

Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya (1/259), Ibnu Suniy dalam ’Amalul Yaum wal Lailah, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman (3/1399), An Nawawi dalam Al Adzkar.

Jadi seseorang bisa berdo’a apa saja agar ia dipertemukan dengan bulan Ramadhan dan diberi semangat untuk beribadah di bulan yang penuh berkah tersebut tanpa mengkhususkan do’a tertentu.

Allah ‘azza wa jalla berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Rabb-mu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku, maka dia akan masuk ke dalam neraka Jahanam dalam keadaan hina” [QS. Ghafir: 60]

Kedua: Memuji Allah dan bersyukur karena bisa bertemu dengan Ramadhan.

Pertemuan dengan bulan bulan Ramadhan adalah pertemuan yang sangat indah. Oleh karenanya hendaklah seseorang bersyukur kepada Allah atas nikmat besar ini. Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Ketahuliah bahwa disunnahkan kepada orang mendapatkan kembali nikmat yang baru dan nampak atau terhindar dari musibah yang dhahir untuk bersujud karena bersyukur kepada Allahatau memuji-Nya”.[Al Adzkar Lin Nawawiy: 297].

Salah satu nikmat besar yang Allah berikan kepada kita adalah dipertemuaknnya kita dengan bulan ketaatan, bulan Ramadhan dalam keadaan sehat dan diberi taufiq. Sehingga sangat wajar bahkan wajib kita bersyukur kepada-Nya atas nikmat ini.

Ketiga: Gembira dan Ceria

Menampakkan kegembiraan dengan keceriaan dan kesenangan yang nampak pada raut muka dan amalan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi kabar gembira kepada para sahabatnya akan datangnya bulan Ramadhan. Nabi bersabda,

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ اِفْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيْهِ الْجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah dimana pada bulan itu Allah mewajibkan puasa. Pada bulan itu dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu jahannam, diikat syaithan-syaithan, di dalam bulan itu ada satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang diharamkan untuk mendapatkan kebaikannnya, maka sungguh ia telah diharamkan dari bulan itu” [HR. Ahmad: (7148) dengan sanad yang Shahih dengan ta’liq Ahmad Muhammad Syakir: 7/7]

Nabi memberitahukan hal tersebut ketika datangnya Ramadhan agar para sahabat termotivasi dan bergembira dengan hadirnya Ramadhan.

Keempat: Bersemangat dan memiliki rencana-rencana untuk meraih pahala di bulan Ramadan.

Sangat mengherankan jika seseorang memiliki planing yang baik untuk meraih dunianya namun dalam masalah akhirat ia tidak memiliki rencana yang baik. Ini menyebabkan ia tidak maksimal meraih kebaikan dalam ibadahnya, terkhusus di bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ

Bersungguh-sungguhlah melakukan apa yang dapat memberi manfaat kepadamu dan minta pertolongan kepada Allah, dan janganlah merasa lemah”[HR. Muslim (2664)]

Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Maksudnya adalah bersemangatlah dalam mentaati Allah dan mengharapkan apa yang ada disisi Allah, lalu minta pertolonganlah kepada Allah dalam mewujudkan hal tersebut, dan jangan merasa lemah artinya jangan malas untuk melaksanakan ketaatan dan dalam meminta pertolongan kepada Allah” [Syarh an Nawawi ‘ala Muslim: 16/215]

Sebagai bentuk dari sebuah semangat dan kesungguhan adalah dengan mempersiapkan diri dan merencanakan kegiatan-kegiatan amaliyah Ramadhan sebelum masuknya bulan Ramadhan.

Kelima: Mempersiapkan ilmu sebelum masuk Ramadhan.

Ilmu adalah teman dikala sulit, penghibur dikala sedih, dan petunjuk dikala sesat. Maka ilmu adalah modal terbesar dalam persiapan menghadapi Ramadhan. Tanpa ilmu agama, Ramadhan kita tak bermakna apa-apa. Rasulullah ‘alaihish shalatu wassalam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (Muttafaqun alaih)

Mengharap pahala adalah satu syarat puasa kita bermakna. Dan mengharap pahala bukanlah sekedar harapan. Namun lebih kepada mendalami ilmu tentang Ramadhan, tentang bagaimana Rasulullah menjalankan ibadah puasa ini. Ibadah Ramadhan yang tidak mencontoh Rasulullah tentu tidak akan mendatangkan pahala sama sekali. Sebagaimana sabda beliau ‘alaish shalatu wassalam,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً ليسَ عليه أمرُنا هذا فهو رَدٌّ

Barangsiapa yang beramal suatu amalan yang tidak ada perintahnya, maka amalan tersebut akan ditolak” [HR. Muslim]

Disinilah pentingnya ilmu agama dari al Qur’an dan Sunnah untuk membimbing setiap amalan kita agar diterima Allah dan berpahala tentunya. Hendaklah seorang muslim membaca kembali buku-buku, artikel website, mendengar ceramah-ceramah tentang Ramadhan. Agar ia bisa mengingat kembali keutamaan, adab, pembatal puasa, hukum-hukum Ramadhan, dan perkara-perkara yang bisa menghilangkan pahala puasanya.

Keenam: Membiasakan diri untuk melakukan amalan sunnah sebelum masuk bulan Ramadhan.

Amalan-amalan sunnah akan Allah lipat gandakan dibulan Ramadhan berbeda dengan amalan diluar Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ  إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي

Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah berkata: Kecuali puasa, maka Aku yang akan membalas orang yang menjalankannya karena dia telah meninggalkan hawa nafsunya dan makannya karena Aku” (HR. Muslim)

Dengan membiasakan diri melakukan kebikan-kebaikan berupa sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum Ramadhan, maka ini akan memudahkan kita melanggengkannya di bulan Ramadhan. Jangan meremehkan poin ini karena ini juga akan menentukan  bagaimana kesiapan kita menyambut Ramadhan. Oleh karenanya seseorang sebelum masuk Ramadhan membiasakan dirinya untuk membaca al Qur’an, Qiyamul lail, berpuasa, bersedekah, membantu kaum muslimin, dan lain-lain.

Ketujuh: Mempersiapkan sarana-sarana ibadah Ramadhan

Di bulan Ramadhan kita dituntut untuk banyak beribadah. Sehingga tentu butuh sarana-sarana untuk ibadah. Jika sarana-sarana ini tidak diperhatiakan, maka akan menyulitkan kita menjalankan ibadah atau mungkin membuat kita kurang nyaman. Diantaranya yang bisa kita lakukan adalah menyiapkan buku-buku seputar Ramadhan untuk menambah wawasan kita, membersihkan dan menata rumah agar nyaman untuk shalat sunnah, membaca al qur’an, dan belajar. Menyiapkan kurma untuk persipan beberapa hari atau mungkin satu bulan untuk sahur dan berbuka.

Bagi masyarakat mereka bisa membenahi masjid sebagai pusat kegiatan ibadah. Mengecek mic, pengeras suara, membersihkan karpet, memperbaiki dan menambah fasilitas penyejuk seperti kipas angin dan AC. Maka ini semua adalah kegiatan yang menunjukkan kesungguhan dan kebahagian kita dengan bulan Ramadhan selain poin-poin yang telah kami sebutkan sebelumnya. Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh kaum muslimin.

Sumber : https://abuubaidillah.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Artikel Lainnya

Assalamualaikum,..

Sahabat shalih/shaliha bantu para santri untuk bisa menghafal al-Qur’an yuk, dengan bersedekah di program

Beasiswa untuk Santri Penghafal Al-Qur'an