AMANAH, ISTILAH DAN BAGIAN-BAGIANNYA

Bagikan :

Amanah, Istilah dan Bagian-bagiannya

ISTILAH

Al-amanah secara istilah menurut al-Kahwi adalah segala sesuatu yang Alloh wajibkan kepada hamba, seperti shalat, zakat, puasa, dan pelunasan utang. Adapun amanah yang paling ditekankan adalah amanah dalam hal titipan, sedang titipan yang paling ditekankan adalah menyembunyikan rahasia.” Dalam kesempatan yang lain dia berkata, “Amanah adalah segala sesuatu yang dipercayakan untuk dijaga, baik itu harta, kehormatan, maupun rahasia.”

SIFAT MUKMIN

Amanah merupakan sifat dasar seorang Mukmin. Tidak mungkin seorang yang benar-benar beriman akan berkhianat, atau tidak berlaku amanah. Alloh Ta’ala telah menyifati orang-orang Mukmin yang beruntung dengan beberapa sifat terpuji, di antaranya adalah menjaga amanah yang dititipkan kepadanya.

Alloh ﷻ berfirman: “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan juga janjinya.” (QS. al-Mu’minun [23]: 8)

SIFAT MUNAFIQ

Sebaliknya, mengkhianati atau tidak menepati dan menunaikan amanah adalah sifat dasar orang munafik. Rosululloh ﷺ bersabda, “Ada empat perkara, barangsiapa yang keempat perkara itu ada pada dirinya, maka ia adalah seorang munafik sejati. Dan barangsiapa yang pada dirinya ada satu sifat dari empat perkara tersebut, maka pada dirinya ada satu sifat nifak sampai ia meninggalkannya, yaitu: (1) jika diberi amanah ia berkhianat; (2) jika berbicara ia berdusta; (3) jika berjanji ia melanggarnya; dan (4) jika bersengketa ia berbuat fujur (durhaka).” (HR. Bukhori dan Muslim)

DIMUDAHKAN URUSAN

Barangsiapa yang menjaga amanah niscaya segala urusannya akan dimudahkan oleh Alloh.

Di dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa tiga orang masuk ke dalam gua, lalu tiba-tiba ada batu besar jatuh dan menutup mulut gua itu. Mereka bertiga bangkit untuk berdoa kepada Alloh Ta’ala dengan perantara amal saleh masing-masing agar Dia sudi menggeser batu besar itu. Singkat cerita, orang pertama berdoa dengan perantara perbuatan baiknya kepada kedua orang tuanya, sedangkan orang kedua berdoa dengan perantara rasa takutnya kepada Alloh Ta’ala. Adapun orang ketiga sebagaimana tertera di dalam hadits berkata, “Ya Alloh, sesungguhnya aku menyewa para buruh upahan dan aku pun memberikan upah mereka, kecuali satu orang. Dia meninggalkan haknya lalu pergi (entah ke mana). Kemudian aku mengembangkan upah miliknya, hingga akhirnya uang itu berkembang menjadi banyak. Setelah beberapa lama, orang itu datang kepadaku, lalu berkata, Wahai hamba Alloh, berikan upahku kepadaku.’ Lantas aku pun berkata, “Semua yang kamu lihat di depanmu termasuk unta, sapi, kambing, dan budak adalah upahmu.’ Dia berkata, Wahai hamba Alloh, kamu jangan mempermainkanku!’ Aku berkata, ‘Aku tidak mempermainkanmu.’ Dia pun mengambil semua harta itu dan menggiringnya tanpa menyisakan sesuatupun. Ya Alloh, jika aku melakukan itu dalam rangka mengharap ridha-Mu maka berikanlah jalan keluar dari kesulitan yang sedang kami hadapi ini.’ Bergeserlah batu itu untuk ketiga kalinya, kemudian mereka keluar dari gua itu guna melanjutkan perjalanan.” (HR. Bukhori dan Muslim)

BAGIAN DARI AMANAH

Termasuk bagian dari amanah yang harus dilaksanakan adalah menunaikan seluruh kewajiban yang Alloh perintahkan dan meninggalkan seluruh larangan merupakan amanah. Barangsiapa melaksanakan amanah dari Alloh ini dengan sebaik-baiknya, niscaya Alloh akan membalas baginya dengan surga.

Termasuk amanah adalah keluarga. Ibu, bapak, anak dan istri adalah ujian yang Alloh pikulkan di pundak kita. Wajib bagi kita untuk takut kepada Alloh dengan cara menjaga amanah ini. Kita wajib memelihara kemaslahatan agama dan dunia mereka. Memerintahkan mereka kepada kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran. Mengarahkan mereka kepada kebaikan agar mengamalkannya. Mengajarkan mereka hal-hal yang dilarang Alloh agar mereka menghindarinya. Hal itu merupakan bukti bahwa kita menjaga mereka dari api neraka Alloh. Rosululloh ﷺ bersabda: “Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat ketika usia tujuh tahun dan pukullah mereka jika meninggalkannya ketika usia sepuluh tahun.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Termasuk bagian dari amanah adalah harta. Kecintaan seseorang kepada harta benda cenderung membuatnya berupaya mendapatkannya dengan segala cara. Kejujuran dan amanah menjadi tidak begitu penting ketika seseorang dihadapkan pada ujian harta. Padahal dengan menjaga amanah, keberkahan dalam harta dan pertolongan Alloh Ta’ala akan mudah didapatkan.

Rosululloh ﷺ pernah menceritakan kepada kita tentang kisah amanah yang patut menjadi teladan sepanjang zaman. Beliau bersabda. “Ada seorang dari Bani Israil yang ingin berhutang kepada salah seorang kawannya sebanyak seribu dinar. Kawannya berkata; ‘Siapa yang akan menjadi penjamin hutang ini?’. ‘Cukuplah Alloh sebagai penjamin’, jawabnya. ‘Datangkan padaku seorang saksi agar melihat urusan kita ini’, pinta temannya. Dengan mantap ia menjawab; ‘Cukuplah Alloh menjadi saksi’. Sang kawan itu berkata: ‘Engkau benar’, lalu diserahkan kepadanya uang sejumlah seribu dinar hingga batas waktu yang telah disepakati. Lalu ia pun pulang menyeberangi lautan. Setelah selesai memenuhi hajatnya, datanglah waktu yang telah ditentukan itu. Ia menunggu kapal yang menyeberangkannya guna membayar hutang. Akan tetapi ia tidak mendapatkan kapal sebagai tumpangan. Kemudian ia mengambil sepotong kayu balok dan dilubanginya kayu tersebut, dimasukkan uang seribu dinar itu ke dalamnya disertai sepucuk surat untuk sang kawan. Setelah itu lubang tersebut ditutup kembali dengan rapat hingga rata. Dan ia membawanya ke laut seraya berkata, ‘Ya Alloh, sesungguhnya Engkau tahu bahwa aku telah berhutang kepada si fulan seribu dinar. Ia telah minta kepadaku penjamin lalu aku katakan; “Cukuplah Alloh sebagai penjamin’. Dan ia pun ridho dengan Engkau sebagai penjamin’. Lalu Ia meminta kepadaku seorang saksi, aku pun berkata: ‘Cukuplah Alloh sebagai saksi’. Dan ia pun ridho Engkau sebagai saksi. Dan aku sudah bersungguh-sungguh berupaya mendapatkan kapal agar aku bisa mengembalikan haknya, akan tetapi aku tidak mendapatkannya. Dan sekarang aku menitipkan kepada-Mu ya Alloh sepotong kayu ini’.

Lalu ia melemparkan kayu tersebut ke laut sampai masuk ke dalamnya dan ia pun berlalu. Namun ia tetap berusaha mencari kapal untuk mengantarkannya ke negeri sang kawan tersebut. Pada hari yang sama kawannya telah menunggu di seberang lautan sana, kalau-kalau ada kapal yang akan membawakan hartanya (yang seribu dinar itu). Tiba-tiba ia melihat sepotong kayu balok yang di dalamnya terdapat uang dan surat tersebut lalu diambilnya untuk dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Ketika ia belah kayu tersebut (ia terkejut), di dalamnya terdapat harta (seribu dinar) dan sepucuk surat dari orang yang berhutang.

Selang beberapa waktu kemudian datanglah orang yang berhutang dengan membawa seribu dinar seraya berkata (dengan memohon maaf): ‘Demi Alloh, aku sudah berupaya untuk mencari kapal supaya dapat mengembalikan hartamu ini, tetapi aku tidak mendapatkannya, baru sekarang ini aku mendapatkan kapal’. Kawannya bertanya; ‘Apakah sebelum ini kamu pernah mengirim sesuatu kepadaku dalam sepotong kayu’. Kemudian ia pun menceritakan kisahnya tersebut, lalu ia kembali ke negerinya dengan membawa seribu dinar dalam keadaan mendapat petunjuk.” (HR. Bukhori)

Termasuk dalam cakupan amanah yang wajib ditunaikan oleh seorang Muslim adalah amanah dalam amal (pekerjaan). Setiap Muslim hendaknya menjalankan tugas-tugas yang diembannya dengan baik, itqon (rapi dan profesional), dan tidak mengurangi hak-hak si pemberi amanah sedikit pun. Kewajiban ini diisyaratkan dalam firman Alloh

“Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kalian mengurangi bagi manusia hak-hak mereka….” (QS. al-A’raf [7]:  85)

Seorang yang telah menerima amanah dan mengemban tugas -apalagi tugas yang terkait dengan dakwah- jika ia mengabaikan tugas-tugasnya atau tidak sungguh-sungguh dalam melaksanakannya, maka ia telah berkhianat.

Ikut Partisipasi Mendukung Program, Salurkan Donasi Anda di Sini!

www.hudacendekia.or.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Artikel Lainnya

Assalamualaikum,..

Sahabat shalih/shaliha bantu para santri untuk bisa menghafal al-Qur’an yuk, dengan bersedekah di program

Beasiswa untuk Santri Penghafal Al-Qur'an